Sabtu, 23 April 2016

Bukan Hanya Pria, Wanita Juga Takut Berkomitmen





 (Foto: Google)

Stereotipe universal yang menjadi pegangan banyak orang selama ini selalu beranggapan bahwa kebanyakan pria menghindari diri bahkan takut untuk berkomitmen. Sedangkan wanita lebih siap dan selalu menuntut sebuah komitmen kepada pasangan prianya.

Sepertinya faktor usia tidak selalu berpengaruh pada seorang pria untuk memutuskan untuk berumah tangga, hidup dalam aturan perkawinan yang siap membatasi ruang gerak dan kebebasannya. Sedangkan wanita dianggap akan mengejar komitmen karena faktor usia sangat menentukan penilaian masyarakat terhadap dirinya. “Perawan Tua” Seolah-olah menjadi dasar penilaian negatif pada seorang wanita.

Rasanya, zaman sekarang anggapan seperti itu perlu dikoreksi dan dilihat kembali terhadap keberadaan wanita modern saat ini. Karena alasan karir atau ketakutan akan kegagalan berumah tangga, sebagian wanita dapat memutuskan untuk menunda hidup berkomitmen. Bahkan ada diantaranya yang memutuskan untk hidup sendiri.

Tapi, jangan terlalu terburu-buru untuk menilai bahwa wanita yang enggan berkomitmen akan berperilaku seperti “sex and the city”, serial televisi yang diproduksi oleh HBO. Dimana gaya hidup metropolis dan pergaulan (sex) bebas merupakan alternatif kemungkinan pemenuhan “kebutuhan sex” tanpa ikatan tetap atau hidup dalam sebuah komitmen.

Komitmen dalam berumah tangga tidak selalu membahas mengenai urusan seksual, namun lebih pada tanggung jawab akan “kontrak” hidup bersama dalam jangka panjang atau seumur hidup. Rasanya tidak masuk akal kalau untuk mempersatukan dua orang yang berbeda sifat dan karakter dasar hanya dapat dipenuhi karena kebutuhan seksual atau keinginan untuk memiliki keturunan.

Itulah sebabnya, komitmen awal untuk berumah tangga harus dipertegas sedari awal. Apakah hidup bersama hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis saja atau ingin hidup bersama yang secara harafiah sebagaimana mestinya pasangan hidup yang sejati? Hidup bersama berdasarkan cinta, saling memberi dan menrima segala kekurangan pasangan dan saling melengkapi satu sama lain?. Hal itu yang harus dipertegas.

Jadi, bukan hanya sekedar urusan biologis saja. Banyak hal yang harus dipertimbang kan sebelum memutuskan untuk berkomitmen dengan pasangan hidup. Jangan komitmen itu menjadi bumerang sepanjang hidup dalam berumah tangga. Tak pelak jika dizaman sekarang, banyak pasangan muda-mudi sekarangan hanya seumur jagung. Atau istilah trend nya ‘kawin cerai’. Lantas kemana komitmen yang telah mereka buat dan sepakati bersama?

Memegang teguh sebuah komitmen memang tak mudah. Tapi itu semua tergantung dari pada manusianya itu sendiri. Pertegas komitmen dalam sebuah hubungan sedari awal. Mau dibawa kemana hubungan ini? Sekedar having fun atau ke arah yang lebih jauh? Kedua pertanyaan ini harus disepakati bersama pasangan dan didasari dari hati, jangan hanya kesepakatan yang sepihak. Percayakah jika orang yang supel itu sulit untuk berkomitmen?


http://www.kompasiana.com/phi-phi/bukan-hanya-pria-wanita-juga-takut-berkomitmen_551815aba333117c07b66306