Senin, 12 Oktober 2015

Balada Rok Copot

Hooouuuaaaaa...

Masih ngantuk. Gerutuku.

"Ade, ayo bangun...", perintah sang mama.

Aarrrgghhh….masih ngantuk juga, kataku dalam hati.

Selalu aja, suara itu terdengar ketika aku lagi malas-malasnya buat bangun pagi.

"Ade, ayooo banguuunnn...mama tau kok kamu udah melek", katanya.

Aku masih menenggelamkan seluruh badanku dibalik selimut lusuhku.

"Ummmm, mama tau nie jurus jitu supaya kamuuuu........bruukkkk!!!".

Mama menidih serta menggelitiki aku.

"Aduuuuhhh....mama sakit tau! Gelllliiiiiii mamaaaaaa....", mama menarik selimut yang tadinya menutupi seluruh badanku.

Aku cemberut.

"Hehehehee...maaf sayang", mama terkekeh.

"Aduuuuhh, aduuuhhh...anak mama cemberut", godanya.

"Tau, ah...", aku ngeloyor ke kamar mandi.

* * *

Lima Belas Menit Kemudian.

"Adeee....ayo cepat sarapan, udah udah jam berapa ini? Liat jam, kamu belaum sarapan lho…", teriak mamaku lagi.

Beginilah kerjaannya mamaku setiap pagi. Selalu teriak-teriak bak pedagang di pasar yang sedang menjajakan dagangannya dipagi hari. Ayo sayuran segar, sayuran segar…baju cakar bongkar!!!hahahahahaa…(maap yach ma?).

Bedanya kalo di pasar, ibu-ibu yang lagi belanja akan nyamperin. Tapi kalo mama udah berkoar-koar, itu malah bikin aku. Apalagi disaat orang lagi binggung nyari sesuatu dipagi-pagi buta kayak sekarang. Tambah bikin gerah + memancing esmosiku.

“Ade, cepatan!!”.

"Yaaa, aku dengar. Bentar lagi ma", jawabku.

"Benar menit lagi, mama tungguin nie".

"Otre, maa. Ahaaa (sambil memetik jariku), akhirnya ketemu juga rokku. Ga apa-apa dech pakai yg ini, nanti mama bawel kalau aku pakai rok itu-itu melulu", aku ngomong sendiri.

Tanpa aku sadari, ternyata sedari tadi mama memperhatikan aku dari balik pintu kamarku. Mama cuma bisa menggelengkan kepalanya kekanan kiri, satu..dua..tiga…lalu pergi.

Sepuluh menit kemudian, aku keluar dengan pakaian seragam rapih.

"Waduuuuhhh...anak mama cantik sekali pagi ini? Tumben kamu pakai rok hordengmu (modelnya mirip banget kayak hordeng/kelambu yang dipasang disetiap rumah2 itu lho...???kebayangkan klo ada angin topan? dan bisa dibayangkan donk?hehehehehe.....), ada apa? Biasanya kamu ga' pernah mau?", mama menggerlingkan matanya.

Aku tidak menggubris omongan mama. Aku lebih tertarik untuk menyantap makanan yang sudah menanti untuk aku lahap.

"Halooo, kamu denger ga' sich omongan mama?", katanya sedikit jengkel karena aku cuekin.

Aku menjawab dengan enteng dan sekenanya," Denger kok ma. Dan mama mau tau kenapa aku pakai rok ini? Karena rok yang lain ga' ada. Ga' ada mama!!Sekarang mama denger & tau alasannya kan?" hehehehhee....

"Hmmm...", jawabnya tanpa kata-kata.

* * *

Itulah rutinitas aku dan mamaku disetiap pagi hari. Pasti ada hal-hal kecil yang membuat mama teriak-teriak sebagai pengingat aku, yang harus selalu dibawelin oleh sang mama tercinta. Love u ma....

Bila ingat akan kasih sayang mama yang begitu teramat sangat sama aku, pengen banget rasannya aku memeluk serta menciuminya sepuas mungkin. Sampai mama ga’ bisa nafas, hahahaha….(lebay). Mama miss u....heheheheheee. Manja!!! Itulah julukan yang pantas buatku ketika kepergok oleh teman-temanku sedang bermanja-manja ria dengan sang mama tercinta. Nama juga anak kecil. Hihihihi......



* * *
Begitu sampai sekolahan, aku langsung bergabung dengan teman-temanku. Pagi-pagi mereka sudah berkumpul di depan kelas, tentunya dengan sejuta cerita-cerita ringan dipagi hari (gosip maksudnya).

"Hai Naya", sapa Dinta teman dekatku.

"Haaaiii…..", jawabku sambil jalan menuju kelas.

"Eh Nay, sini dulu napa?", kata Dinta.

Aku hanya tersenyum sambil tetap jalan masuk ke kelas. Tak kusangka, Dinta mengikuti ke kelas.

"Nay, aku nungguin kamu tau?!. Eee.. yang ditungguin malah langsung nyelonong aj ke kelas. Kenapa sich, tumben ga' gabung dulu sama kita-kita".

"Ga' ah, lagi malas Din", terangku.

Dinta mengernyitkan dahinya. Mengangkat kedua bahu serta tangannya.

"Dinta mau tau kenapa??", aku berdiri dan menunjuk ke bawah (ke arah rok ku).

"Hahahahahhaaaa....." Dinta tertawa terbahak-bahak.

"Iiiiihhhhhhhh, Dinta?? Kenapa ketawa, emang ada yang lucu? Dinta senang yach kalo aku pakai rok ini?", aku kesal.

Dinta masih tetap tertawa.

"Tau ah, ditanya malah ketawa", aku berlalu dari hadapan Dinta.

"Wooiiii...Naya, gitu aj marah? Aku bercanda kok! Kamu inget ga' kalo kamu pernah bilang rok yang kamu pakai ini mirip hordeng rumahku. Bukan hanya model tapi warna juga sama, merah kayak gini", katanya sambil memang rok yang kupakai.

Kali ini mataku yang bekerja. Aku memandang sinis ke arah Dinta lalu meninggalkannya. Dinta sedari dulu memang suka menggodaku seperti ini.

* * *

Teng...teng...teng...

Horeeee,sorak sorai terdengar dari setiap kelas setelah mendengar lonceng berbunyi. Tak ketinggalan juga di kelasku yaitu kelas IV. Kami langsung berhamburan keluar kelas dan langsung menyerbu penjaja makanan di kantin yang letaknya lumayan jauh dari kelas kami.

Ketika aku dan teman-teman sekelasku sampai di kantin, pemadangannya sudah berubah menjadi lautan manusia bukan lautan makanan. Banyak cicurut-cicurut kecil yang mengantre untuk membeli makanan. Sampai-sampai penjualnya tidak terlihat. Huuhhh!!!

Aku dan temanku yang lainnya termasuk  Dinta, mengurungkan niat untuk jajan. Akhirnya kami kembali dengan tangan hampa. Biasanya kedua tangan kami akan dipenuhi makanan favorit masing-masing. Tapi kali tidak.

Agenda kami selanjutnya setelah jajan di kantin (walaupun kali ini kami tidak jajan) adalah main. Entah itu main karet atau tak umpet. Tapi kali ini kami lebih memilih bentengan (permainan dimana para pemainnya bs lbh dr 5 org & mempunyai pny sebuah benteng/diibaratkan rumah. Bisa berupa pohon atau apa saja, dan kita harus menjaganya. Jgn sampai ada musuh yang menyentuhnya, jika ada musuh yang menyetuhnya maka mereka akan menyebut "BENTEEEENGGG.....". Mereka menang, pokonya gitulah). Permainan ini seru banget dan mendidik menurutku. Ya, dalam permainan ini kita diajarkan kerja sama dan saling menjaga satu sama lain.

Nah, kali ini aku tidak sekelompok sama Dinta. Kami pisah, Dinta sekelompok dengan yang lain. Tapi aku tidak khawatir dengan permainan ini. Karena aku akan dijadikan anak bawang alias harus selalu jaga rumah supaya ga' diserang musuh. Beruntunglah aku yang selalu dijadikan anak bawang dan mereka percaya dengan aku untuk menjaga benteng dari serangan musuh. Karena kalo aku dijadikan tim penyerang, pasti aku akan kena sandera musuh. Karena aku tidak bisa berlari dengan cepat. Maka itulah aku selalu mejadi penjaga benteng. Hahahahahha.....kasihan sekali aku ini. Hihihiiii.....

Ya, permainan dimulai.

Baru dimulai, permainan mulai memanas. Karena kelompokku ada tersandera musuh satu orang. Temenku yang lain mulai menyerang benteng musuh dan dengan harapan bisa menyelamatkan temen yang disandera. Ya, ayoooo....cepat serang.

Usaha temanku kali ini sia-sia. Ternyata dia juga disandera sama musuh. Aduh, mana tinggal kita bertiga lagi. Ya, jumlah kelompok kami 5 orang. Kami mulai panik. Pihak musuh anggotanya masih lengkap. Mereka mulai mengepung benteng kami. Dari depan, belakang, kiri, kanan. Kita tingkatkan kewaspadaan, bahu membahu menjaga benteng. Akhirnya usaha kita berhasil. Tidak ada satu pun pihak musuh yang menyentuh benteng kami.

Aksi serangan kami lanjutkan kembali. Pokoknya kami harus bisa menyelamatkan teman-teman kita masih disandera musuh. Dengan tekat bulat, akhirnya temanku menyerang benteng musuh. Ya, lagi-lagi teman kita tersandera musuh.

"Aduuhh, gimana nie tinggal kita berdua Nay", kata Surti khawatir.

"Iya", jawabku tak bersemanagt.

"Tenang lo jaga benteng, aku mau.......

Surti nekat lari menyerang benteng musuh. Nah, pihak musuh langsung menyerang benteng kami. Mereka melihat aku sedang menjaga benteng sendirian. Pasti aku kewalahan menjaga benteng kami (karena benteng kami adalah pohon waru yang besar sekali).

Aduh aku panik, niee....tiga orang musuh mengepung. Aku harus tingkatkan kewaspadaan. Aduuh, aduuh, gimana nie...Tuhan tolooong. Ummmm, legaaaa….akhirnya Surti kembali juga ke benteng.

“Surtiiiii, ayooo cepat. Dibelakangmu ada Murni (yang tak lain adalah saudara kembar Surti yang terus mengejarnya)”, teriakku dari benteng.

Surti lari tunggang langgang menuju benteng. Aku percaya, Surti pasti bisa. Derap langkah kaki Surti semakin mendekatiku. Aku penuh kegirangan, aku lonjat-lonjat ditempat.

“Ayoooo, Surtiiiii….”.

Dengan nafas tersengal-sengal, Surti menjulurkan tangannya kearahku. Aku tahu maksud Surti, pasti dia meminta bantuanku.

“Nayaaaaa…..”, serta merta dia memegang rok dan menariknya. Setelah itu dia kembali mengejar Murni.

“Surti, ayooo kejar terusss….”, teriakku dari kejauhan sambil melompat-lompat di bawah pohon yang kami jadikan benteng kami.

Aku terus memperhatikan Surti yang terus mengejar Murni. Dan aku baru sadar ada suara yang terus memanggilku.

“Nayaaaa…”, sepontan aku langsung menoleh ke arah sumber suara.

“Rok-nya copot tuh!!” seru Indah.

Aku langsung menunduk. Bener aja kata Indah, rok-ku????. Kalo copot atau melorot, ga’ ada di bawah. Lantas kemana? Oh my God….

“Surtiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii…………..”, aku teriak sekuat tenaga. Dan aku melihat Surti membawa lari rokku.

Aku langsung berlari menuju kelas yang tak jauh dari tempatku bermain. Ketika aku lari, semua mata tertuju padaku (hahahahahaaa…kayak slogan kontes kecantikan itu yach?!).

Gimana ga’ pada ngeliatin? Orang aku setengah bugil!!!. Cuma pakai kemeja, celana dalam, kaos kaki & sepatu doang? Bener-bener kayak orang oon. Sumpah aku malu banget!!! Begitu sampai kelas, aku langsung duduk dan menutup mukaku dengan kedua tanganku. Aku menangis. Malu. Kesal. Semua campur aduk. Ga’ lama kemudian teman-temanku berdatangan termasuk Surti.

“Naya, maaf yach…aku tadi ga’ sengaja”, pinta Surti.

Aku masih terdiam dan tetap nangis.

“Nay…”, suara Surti kembali terdengar lagi.

Aku tidak menjawabnya.

“Lagian kamu gimana sich, kok bisa narik roknya Naya”, kata Murni.

“Yeee, orang ga’ sengaja. Tadi tuh, aku mau megang kayu”, terang Surti.

“Dia nangis tuh…”, kata teman-teman yang lain.

“Nayaa, aku minta maaf yach. Tadi aku ga’ sengaja, maafin aku yach….”, Surti masih memohon.

* * *

Hihihihihihihi…..untung masih SD. Tapi tetap aja malunya kebawa sampai sekarang.


Telah dipublish di: http://www.kompasiana.com/phi-phi/balada-rok-copot_5500b0c8a33311a11450fc21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar